Friday, May 11, 2007

Berjuta Cinta Bersama Sahabat (I)

Sahabat adalah dorongan ketika engkau hampir berhenti, petunjuk jalan ketika engkau tersesat, membiaskan senyuman sabar ketika engkau berduka, memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara do'a pada dadamu...


Bicara tentang sahabat, saya memaknainya sebagai pahlawan. Setidaknya pahlawan buat saya. Apa jadinya hidup, jika saya tidak mengenal sahabat. Tanpanya, mungkin saya tidak menjadi saya yang sekarang. Bisa jadi saya tidak pernah sempat menuliskan kata-kata.

Dalam hidup ini, saya mengenal orang-orang yang luar biasa. Kekuatan kata, ketulusan, kebaikan, keceriaan, kesederhanaan, dan berbagai simbol menjadi saksi dalam persahabatan. Saya akan menuliskan tentang mereka, pahlawan-pahlawan saya yang begitu berharga.

Mbak Luluk

Dialah Mbak Luluk, seorang sahabat saya satu kos di Al Hamasah, Malang. Saya masih teringat kuat, hingga saat ini, ketika beliau mampu memotivasi saya dengan begitu hebatnya.

"Saya yakin, anti bisa menjadi orang yang yang sangat luar biasa sekali. Hebat, sehebat-hebatnya".

"Kok bisa, Mbak?, tanya saya waktu itu.

"Ya, saya melihat semangat juang dek Endah luar biasa. Mau bolak-balik Surabaya-Malang, interview kerja, ngurusin amanah dakwah. Kalau mau egois, amanah dek Endah kan bisa dihandle sama yang lain. Saya tidak hanya melihat sekali ini, sering. Meski dek Endah sendiri sedang sangat diuji, tapi masih bisa memberi untuk orang lain"

Saat itu juga, saya langsung menitikkan air mata. Saya merasa tidak sehebat dari yang beliau duga. Merasa tidak pantas. Saya berpikir, justru beliaulah yang luar biasa. Tertancap kuat dalam ingatan, ketika itu usia beliau hampir kepala 4 dan masih melajang. Beliau seorang guru di jawa Timur dan mendapat beasiswa sekolah di Unisma Malang. Bukan melanjutkan S2, tapi S1 dengan jurusan yang berbeda. Darinya, saya belajar kesabaran, ketulusan dan semangat untuk terus belajar. Beliau tidak canggung berteman dengan kita-kita yang usianya jauh dibawahnya, dan mau belajar dari kita.

Pernah suatu hari, beliau ditanya oleh ibunya teman kos : "Kalau ini ibunya siapa ya?". Kami yang mendengarnya langsung kaget, sangat khawatir dengan perasaan beliau. Namun dugaan kami ternyata meleset. Dengan senyuman beliau berkata "Oh kalau saya anaknya banyak. Semua yang di sini anak saya. Ada dek Endah, dek Fara, dek Aris, dek Nunung..dst..yo to, Dek?"

Subhanallah..tentu tidak mudah jika saya di posisi beliau. Dan pada saat itu, saya melihat beliau mampu melakukannya dengan sangat baik.

Dari beliau, saya dan teman-teman yang lain bisa belajar tahsin (membaguskan bacaan Al Qur'an) dengan gratis. Sesekali saya konsultasi tentang puisi-puisi saya kepada beliau yang jurusan Sastra. Sesekali beliau ganti meminta saya menjelaskan buku-buku pengembangan diri layaknya motivator.

Hingga kini, 5 tahun kemudian, saya selalu saja terkenang, akan kata-kata sakti yang dibisikkan. Kata-kata yang mampu mengembalikan spirit ketika saya sedang lemah. Kalimat yang mampu memberikan energi dahsyat bagi saya untuk kembali berjuang. Saya selalu berkata pada diri saya sendiri : jika orang lain begitu yakin dengan kesuksesan saya, mengapa saya sendiri justru mengingkarinya.

Hingga kini, 5 tahun kemudian, saya selalu saja terkenang, akan kebesaran jiwa, kesabaran, keteguhan dan ketulusan cintanya...

2 comments:

penakayu said...

Beruntung punya teman sejati sepertinya :-)

Anonymous said...

Alhamdulllah..Anugerah Allah yang tak terkira :)