Friday, July 10, 2009

Internet, Gileee Banged..!!

Wew, gimana nggak gila, diantara anak cucu eyangku, hanya aku saja yang paham internet. Hehe, juz kidding...!! Tapi benar, internet berperan banyak dalam hidupku. Membedakan hidupku dengan kebanyakan saudara maupun teman. Ini bukan masalah kemapanan hidup, namun bagaimana cakrawala hidup, koneksi, pengalaman, yang jauh lebih luas dan menantang. Aku sungguh menikmatinya, dan begitu tergantung padanya. Sehari tanpa internet, serasa ada yang kurang. Bagai sayur tanpa bumbu, halah! :D

Perkenalan dengan internet bermula ketika aku kuliah semester dua, di Politeknik Unibraw Malang. Pada waktu itu aku nekat menyisakan uang kiriman bulanan dari ortu, untuk kursus internet dasar. Karena mau irit, pilihan pun jatuh pada warnet dekat kampus. Setidaknya tidak perlu ongkos transport kesana. Cukup jalan kaki. Apalagi, kursus hanya akan dimulai ketika sudah terbentuk kelompok, minimal 4 orang. Untungnya, ada kakak tingkat yang mengajak barengan. Dengan modal nekat dan penasaran, aku pun bergabung dengan mereka. Memang, terbersit sedikit kurang pede ketika memulainya. Maklumlah, ketiga kakak kelas ini lumayan terdepan di kelasnya.

Rasa tidak PD ini juga terkait dengan pengalamanku mengoperasikan komputer. Pada awal masuk kuliah, kami diharuskan mengumpulkan tugas kuliah rapi diketik komputer. Karena masih canggung, tugas pertama pun terpaksa aku setor ke jasa pengetikan. Alhasil, uang yang keluar cukup mahal untuk ukuran kantong mahasiswa. Apalagi jika tugas diberikan tiap pekan, maka uang bulanan nyaris habis untuk urusan ini saja. Ketika SMA, aku memang pernah kursus komputer. Namun, apa yang kupelajari ternyata jauh berbeda dengan yang kuhadapi. Komputer pada saat itu masih memakai DOS. Tampilan maupun bentuk CPUnya saja sudah jauh beda. Satu hal yang kuingat sama, hanya pada cara menyalakannya saja. Menyedihkan!

Akhirnya, berdua dengan teman kami nekat pergi ke rental komputer. Ketika akan masuk, kami masih celingukan. Bingung. Petugas rental kemudian menyapa kami, ”mau ngapain mbak?”. Mungkin dia juga bingung dengan tampang kami yang aneh. ”Mau pake komputer, Mas,” jawab temanku terdengar grogi. ”Oh, itu di pojok ada yang nganggur satu,” ujarnya menunjuk meja yang kosong. Begitu duduk, kita masih terbengong. Bingung dengan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Komputer di hadapan kami masih mati, tidak siap pakai. Petugasnya pun mendatangi kami dengan tertawa, ”nyalainnya yang itu, Mbak”. Duh, rasanya kami ingin lari saja meninggalkan rental saking malunya. Namun perjuangan yang sudah setengah jalan ini akan menjadi sia-sia jika mundur begitu saja. Sambil menahan rasa malu, kami mulai mencoba tombol-tombol keyboard dengan hati-hati. Tentunya dilingkupi perasaan takut jika salah. Hingga urusan menyimpan file saja, kami harus minta tolong sama petugas rental. ”Idih, memalukan,” ingatku akan hal itu.


What Ever You Want!

Kembali ke kursus internet, aku dilingkupi rasa was-was. Seperti apa sih ’mukanya’ internet? Mengapa kata orang-orang hebat sekali? Apanya sih yang hebat? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berulang dibenakku. Benar saja, ketika kursus itu dimulai, aku tidak bisa langsung menangkap dengan jelas. Padahal jika dibandingkan sekarang, materi yang diberikan saat itu benar-benar sederhana. Mungkin pelajaran teorinya saja yang lumayan njlimet, membuatku pening duluan. Apa boleh buat, aku sudah terlanjur membayar. Satu hal yang paling membuatku tertarik dari internet adalah browsing atau searching, alias mencari data di internet. Twing, dengan sekali klik, aku bisa dengan mudah menemukan data yang kucari. What Ever i Want! Hmmm..., hebaaat!!
Pelajaran menarik yang kedua adalah email. Aku dengan gampang mengirimkan surat elektronik ke teman-teman. Sayangnya, masih jarang teman yang kukenal mempunyai email. Tidak asyik tentunya jika berkirim email hanya dengan kakak-kakak tingkat teman kursusku, yang dengan mudah bisa kutemui tiap hari. Karenanya, aku begitu semangat gembar-gembor ke teman-teman kuliah yang kosnya jauh denganku, agar segera memiliki account email. Setidaknya, tugas kuliah akan jauh lebih lancar jika saling tolong-menolong. Hehe..dasar pemalas!

Chatting dan download file adalah pelajaran lain yang kuterima. Pada saat itu, layanan chatting yang ada masih mIRC*. Aku terpana dengan kemudahan itu. Betapa orang yang berjauhan dapat langsung ngobrol dengan cepat dan murah. Namun sayang, karena materi diberikan dengan sangat cepat, maka terlanjur kuputuskan dua pelajaran terakhir itu terlalu sulit. Ya sudahlah, yang penting aku sudah tahu wujud internet.

Malu Bertanya Sesat di Warnet

Hari-hariku masih saja penasaran dengan hebatnya Internet. Meski aku terkagum, namun masih terganjal berjuta tanya dan harap, pasti ada yang lebih hebat dari yang sudah kuketahui. Namun perasaan tidak pede untuk ke warnet sendiri masih menghantui. Bingung kalau ada sesuatu yang lupa, dan malu jika harus bertanya ke operator. Selalu saja aku mengajak kakak-kakak tingkat untuk nge-net bersama. Sayangnya, jadwal kuliah yang sangat padat dan tugas kuliah yang menumpuk, membuat kami sulit bertemu.

Sekitar 4 bulan ilmu itu mengendap, tidak terpakai. Pernah terbersit apa yang kulakukan itu hanya membuang uang dan waktu saja. Toh, bisa jadi aku sudah lupa semuanya. Account email dan password yang kubuat saat itu juga sudah kulupa. Hingga akhirnya, aku menemukan teman kos satu kamar yang sudah lebih lihai bermain internet. Cihuy, kesempatan belajar terbuka lagi. Kurayu dia untuk menemani ke warnet, dan menularkan ilmunya kepadaku. Akhirnya, kami mencoba kembali pelajaran-pelajaran itu satu persatu. Wow, kali ini aku lebih menyadari hebatnya internet daripada sebelumnya.

Malapetaka Kopi Darat

Melalui temanku inilah aku semakin pede menjelajahi luasnya dunia maya. Kami sering pergi berdua ke warnet. Dengan begitu, tanpa sungkan aku bisa menanyakan sesuatu jika ada kesulitan. Sampai hal-hal iseng pun kami lakukan. Kami keranjingan chatting dengan seseorang. Ketika ujung-ujungnya janjian kopdar (kopi darat), kami sengaja tidak memenuhi kesepakatan awal. Warna baju yang kami pakai, sengaja kami bedakan dengan yang kami sebutkan. Meski demikian, kami tahu sasaran kami. Dari situ aku menyimpulkan, dunia maya memang bisa menipu kalau tidak berhati-hati. Seorang gendut bisa mengaku atletis. Seorang cewek bisa mengaku cowok. Bahkan, satu orang pun bisa memiliki banyak identitas. Fyuh, semangat chatting pun pupus sudah. Kapok! Hmmm, pelajaran bagus untuk cewek-cewek yang suka iseng.

Asyiknya Bisa Internet!

Ketika kuliah tingkat dua, kesadaranku berislam dengan benar mulai muncul. Aktivitas kampus yang aku ikuti lebih banyak ke urusan rohani, baik di Senat Mahasiswa, maupun di Musholla. Aku juga diajak oleh kakak-kakak tingkatku untuk tergabung di organisasi keislaman luar kampus. Aku berusaha optimal bekerja di berbagai peran. Internet menjadi sarana penting untuk melejitkan potensi diri. Ketika aku membutuhkan data-data, contoh proposal, dan berbagai kebutuhan lainnya, internet menjadi jawaban yang tepat. Situs-situs Islam pun mulai kukenal dan rajin kukunjungi. Hobi baruku kemudian adalah browsing tentang info dunia Islam, mendownload, mem-print, dan menempelnya dimana-mana. Musholla, kontrakan, sekretariat, dan untuk koleksi pribadi.

Aktivitas berinternetku pun aku tambah ketika masuk tingkat tiga perkuliahan. Aku harus mulai memikirkan masa depan. Apa yang harus aku lakukan selepas lulus kuliah yang hanya bermodal status D3. Milis-milis bermanfaat kemudian aku ikuti, meski lebih suka sebagai pemantau saja. Diantaranya adalah milis alumni untuk mendapatkan informasi kerja.

Bim Salabim!!

Pada saat itu, aku merasa memiliki kemampuan berinternet lebih baik daripada teman-teman. Tidak jarang aku mendapat request untuk menjadi mentor training internet kepada mereka. Aku pun tidak pelit dalam hal ini. Meskipun semuanya gratisan, tidak pernah dibayar. Bahkan, kakakku yang kuliah di Surabaya pun memintaku datang, hanya sekadar untuk mengajari berinternet. Padahal, perjalanan Malang-Surabaya harus ditempuh dalam waktu 3 jam.

Begitu lulus, aku sudah memasukkan lamaran-lamaranku lewat internet. Petualanganku yang sesungguhnya bermula dari sini. Aku menjadi makhluk nomaden, karena berpindah tempat tinggal dan pekerjaan dari satu kota ke kota lain. Mencari kepuasan, kenyamanan, dan hal terbaik dalam hidupku. Mulai dari Jakarta, Cikarang, kembali ke Jakarta, Bandung..Fyiuhh, tidak ada ujungnya. Mulai menjadi admin Perusahaan Manufaktur, Penulis, EO, hingga Internet Marketing aku jelajahi.

Kini, aku lebih memilih sistem kerja freelance. Dengan internet, segalanya menjadi mudah. Aku bisa berdiskusi dengan teman-teman melalui chatting di Yahoo!Mesenger. Aku bisa mendownload software yang mendukung pekerjaan. Aku bisa dengan cepat mencari referensi di internet, untuk bahan membuat tulisan. Semuanya menjadi ringan. Impianku pun mulai terjawab : bekerja dari rumah ketika sudah menikah.

Ya, aku sudah tidak perlu lagi keluar rumah untuk bekerja. Kini aku bisa lebih leluasa mengatur waktu, tanpa harus kehilangan kesempatan untuk melakukan tugas-tugas domestik, yang masih saja dibantu internet. Mencari resep masakan, obat-obatan, informasi ibu hamil, dan seabrek informasi lainnya. Dalam waktu yang sama, aku juga bisa menghasilkan uang dari rumah. Pilihan yang tepat, apalagi tempat kerjaku dan suami cukup jauh, Bandung-Jakarta. Kini, aku bisa tinggal bersamanya di Jakarta bersama buah hati kami yang sedang lucu-lucunya.

Oh ya, ada beberapa hal yang membuatku keGRan. Berkat blog yang kubuat, banyak orang yang kemudian mengundangku menjadi kontaknya, baik di blog maupun Yahoo! Mesenger. Tidak jarang mereka berkonsultasi tentang penulisan, karena menganggapku sebagai penulis yang hebat. Padahal, tulisan yang aku posting disana hanya seperti diary saja, sebatas curhat.

Terakhir, hanya sebagai guyonan saja. Dulu, tiga tahun yang lalu, temanku dengan bangganya menunjukkan namanya yang muncul di urutan teratas hasil pencarian di Google. Giliran mengetikkan namaku, tentu saja tidak ada satupun yang muncul. Namun kini, temanku kalah telak. Namaku tidak hanya muncul di pencarian teratas, bahkan beberapa halaman terdepan di Google memang merujuk namaku. Coba saja kalau tidak percaya, ketikkan nama : endah widayati atau hamasah putri, maka Google memunculkan nama itu dari blogku, dua situs Islam yang kukelola, dan situs-situs Islam yang memuat tulisanku. Oh ya, tulisanku juga banyak dicopy ke blog-blog pribadi orang, yang aku sendiri tidak mengenalnya.

Lega sudah kini. Aku yakin, sebentar lagi internet akan memberikan banyak hal lebih padaku. Dua modal penting sudah kupegang : kemampuan menulis dan ilmu berbisnis online. Ditambah lagi dengan koneksiku yang semakin luas dari internet. Aku yakin, hanya perlu fokus dan waktu saja untuk bisa berpenghasilan darinya. Terima kasih, internet! Kamu, gileee banged dech!!

1 comment:

Kang Dani said...

wowowowow
Pengalaman berinternet yang luar biasa, Bu :)